“Penurunan di pembiayaan alat-alat berat lebih terasa,” ucapnya dalam seminar nasional Prospek Bisnis IKNB 2019 bertema “Peluang dan Risiko di Tahun Menantang”, Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Ichsanudin menambahkan, agenda politik pada April mendatang berupa Pemilihan Presiden (Pilpres) dan juga pemilihan legislatif turut mempengaruhi perlambatan. Ini karena, seluruh aspek bisnis akan lebih memilih untuk wait and see alias menunggu sampai dengan kondisi politik Tanah Air lebih stabil.
Ia berharap, kondisi nasional dapat kondusif usai Pilpres nanti sehingga pelaku sektor rill dan finansial dapat kembali bangkit. Selain faktor tersebut, hal yang turut mempengaruhi perlambatan pertumbuhan bisnis IKNB adalah masalah besarnya defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD).
Menurunnya, kinerja ekspor dan terus bertumbuhnya impor, harus dimitigasi dengan pembenahan sektor riil. Tingkat CAD Indonesia yang pada 2018 kemarin mencapai 2,98 persen, tentu berpengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan IKNB.
Guna membantu peningkatan ekspor, perusahaan multifinance didorong untuk melakukan pembiayaan di sektor-sektor prioritas, seperti sektor pariwisata, perumahan dan sektor pendukung ekspor lainnya. Peranan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) juga perlu ditingkatkan secara optimal agar dapat mendorong pertumbuhan ekspor.
“Kami juga lakukan revitalisasi lembaga LPEI. Ini harus didorong di samping pembiayaan para eksportir sudah dibiayai bank, LPEI juga harus mengisi market gap yang sekarang masih susah didapatkan seperti membiayai eksportir yang tidak terlayani oleh perbankan,” jelas Ichsanudin.Sumber : CNN.com
Catatan: PT. Jamkrida Sulsel melayani Penerbitan Sertifikat Penjaminan kredit, Surety Bond ( Jaminan Penawaran, Jaminan Pelaksanaan, Jaminan uang muka, Jaminan Pemeliharaan) dan Kontra Bank Garansi di Sulawesi Selatan.