CNN Indonesia — Sri Lanka disebut bangkrut karena gagal membayar utang luar negeri (ULN) yang mencapai US$51 miliar atau Rp754,8 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS).
Pemerintah setempat bahkan memutuskan untuk menutup sekolah dan menghentikan layanan pemerintahan untuk menghemat cadangan bahan bakar yang hampir habis.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan negara yang mengalami kebangkrutan seperti Sri Lanka sebenarnya bisa bangkit dengan dua cara. Pertama, pemerintah dapat meminta bantuan IMF untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dalam jangka pendek.
“Dengan syarat-syarat tertentu yang harus diterapkan, terutama berkaitan dengan kebijakan di dalam negeri,” kata Josua kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/6).
Kedua, negara yang bangkrut bisa menjual aset untuk melunasi utang. Namun, harus dihitung apakah sisa aset yang mereka miliki cukup atau tidak memenuhi seluruh pokok dan bunga utang.
“Negara yang sudah terkena dampak default (gagal bayar) masih mampu bangkit namun tidak dalam jangka pendek, terutama karena akan terjadi banyak penyesuaian anggaran yang diperkirakan menahan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut,” jelas Josua.
Sementara, Peneliti Indef Nailul Huda menjelaskan negara yang bangkrut dapat pinjam uang untuk menutup utang terlebih dahulu. Hal itulah yang sekarang sedang dilakukan oleh Sri Lanka.
“Sri Lanka kalau tidak salah sedang mengajukan untuk bailout ke IMF, sehingga bisa memenuhi sumber daya untuk masyarakat dan aktivitas ekonomi,” ujar Nailul.
Baca artikel CNN Indonesia “2 Cara yang Bisa Dilakukan Sri Lanka agar Keluar dari Kebangkrutan” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220622162351-532-812258/2-cara-yang-bisa-dilakukan-sri-lanka-agar-keluar-dari-kebangkrutan.
Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
Pemerintah setempat bahkan memutuskan untuk menutup sekolah dan menghentikan layanan pemerintahan untuk menghemat cadangan bahan bakar yang hampir habis