CNN Indonesia — Perusahaan financial technology (fintech) atau pinjaman online (pinjol) mencatat kerugian hingga Rp114,08 miliar pada Juli 2022. Kerugian ini menciut dibanding bulan sebelumnya, yakni Rp116,75 miliar.
Namun, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kerugian perusahaan pinjol ini makin besar dibandingkan awal-awal tahun, seperti Januari 2022 yang rugi Rp7,42 miliar, Februari rugi Rp5,29 miliar, dan Maret rugi Rp21,68 miliar.
Kerugian perusahaan pinjol dikarenakan beban operasionalnya tinggi. Ibarat kata, besar pasak daripada tiang, beban operasional perusahaan pinjol mencapai Rp4,69 triliun per Juli 2022. Sementara pendapatan operasionalnya hanya Rp4,61 triliun.
Jika dirinci, beban ketenagakerjaan sebesar Rp1,21 triliun. Jumlah beban ketenagakerjaan ini naik nyaris sembilan kali lipat dibandingkan Januari 2022 yang hanya sebesar Rp154,47 miliar.
Begitu pula dengan beban pemasaran dan periklanan yang naik berlipat-lipat menjadi Rp1,46 triliun. Diikuti oleh beban umum dan administrasi Rp1,04 triliun, beban pengembangan dan pemeliharaan TI Rp506 miliar, dan beban keuangan Rp228 miliar.
Beban non operasionalnya pun meningkat jadi Rp218 miliar disumbang oleh beban bunga/distribusi bagi hasil, beban administrasi bank, dan selisih kurs.
Harap maklum, rasio BOPO alias total beban operasional dan total pendapatan operasionalnya pun mencapai 101,74 persen.