JAKARTA, KOMPAS.com – Bank Indonesia mencatatkan inflasi indeks harga konsumen (IHK) sebesar 0,27 persen (mtm), tidak banyak berbeda dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,28 persen (mtm). Inflasi yang terkendali dipengaruhi inflasi inti yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya serta inflasi volatile food yang lebih rendah dari pola historis. Sementara itu, inflasi kelompok administered prices atau harga-harga yang ditentukan pemerintah tetap terjaga, meskipun meningkat dibandingkan dengan kondisi bulan Oktober 2018.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara kumulatif sampai November 2018 tercatat 2,50 persen (ytd) dan secara tahunan mencapai 3,23 persen (yoy). “Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2018 tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5±1 persen,” sebut BI melalui keterangan tertulis dalam laman resminya, Senin (3/12/2018). Baca juga: Inflasi Venezuela Meroket hampir 150.000 Persen Lebih lanjut BI menjelaskan, inflasi inti pun tetap terkendali yakni sebesar 0,22 persen (mtm). Angka tersebut cenderung stabil dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,29 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi inti pada November 2018 tersebut tercatat 3,03 persen (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan lalu yang sebesar 2,94 persen (yoy). Inflasi inti pada bulan November 2018 bersumber dari inflasi upah tukang bukan mandor, cat tembok, tarif sewa rumah, tarif pulsa ponsel, dan emas perhiasan. Sedangkan inflasi volatile food pada November 2018 lebih rendah dari pola historis, meskipun meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya. Kelompok volatile food mengalami inflasi 0,23 persen (mtm) pada November 2018, meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,17 persen (mtm). “Namun demikian, realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rerata historis inflasi bulan November dalam tiga tahun terakhir sebesar 0,86 persen (mtm),” jelas BI. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food tercatat 4,32 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 4,48 persen (yoy). Inflasi volatile food pada bulan November 2018 terutama bersumber dari komoditas bawang merah, beras, telur ayam ras, tomat sayur, dan wortel.
Sementara itu, harga komoditas pangan lainnya seperti cabai merah, daging ayam ras, melon, pepaya, cabai rawit, dan minyak goreng menurun. Inflasi kelompok administered prices mengalami peningkatan dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya. Inflasi kelompok administered prices pada bulan November 2018 sebesar 0,52 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,32 persen (mtm). Peningkatan inflasi kelompok ini terutama bersumber dari inflasi tarif angkutan udara seiring peningkatan permintaan menjelang akhir tahun. Peningkatan inflasi juga dipengaruhi dampak lanjutan dari kenaikan harga Bahan Bakar Khusus pada Oktober 2018,” sebut keterangan tertulis tersebut. Selain itu, kenaikan inflasi rokok kretek filter dan rokok kretek juga turut menjadi pendorong inflasi kelompok administered prices pada bulan ini. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 3,07 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan kondisi bulan sebelumnya sebesar 2,74 persen (yoy).
Sumber: KOMPAS.com