CNN Indonesia — Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengusulkan agar pemerintah menurunkan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian agar gairah produksi tani meningkat dan krisis pangan bisa dicegah.
Bhima juga menyoroti tingkat produksi pertanian Indonesia yang saat ini cenderung menurun ketimbang tingkat konsumsi masyarakat.
“Kalau bisa usul, khusus di KUR sektor pertanian, plafon ditambah, bunga diturunin. Meski kita tahu ada risiko kenaikan suku bunga dimana-mana, tapi untuk KUR sektor pertanian bisa bunganya 2-3 persen. Itu keberpihakan konkret, dan syaratnya juga dipermudah,” kata Bhima dalam acara daring MNC Trijaya, Sabtu (1/10).
Bhima berpendapat pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai masih cukup baik lantaran didorong harga komoditas yang sedang booming dan diminati dunia internasional.
Sehingga, menurutnya, nilai tukar petani yang naik cukup tinggi hanya terjadi di sektor perkebunan seperti sawit.
Ia menyatakan kondisi itu tidak aman apabila resesi terjadi secara global sehingga daya beli dunia terhadap sawit turun. Sehingga, klaim surplus APBN hingga Rp100 triliun dalam waktu singkat bisa berbalik arah apabila Indonesia hanya mengandalkan komoditas booming.
“Jadi apa yang membuat sektor pertanian menarik? Apalagi masa depan sektor pertanian suram. Dan saya usulkan ke pak Nadiem Makarim, ganti seluruh kurikulum pendidikan kita mulai dari SD-SMA, setidaknya tidak ada lagi namanya zamrud khatulistiwa, Indonesia kaya SDA. Karena kita selama ini dininabobokan oleh itu,” ujar Bhima.
Dalam acara diskusi tersebut, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan dalam kajiannya beberapa tahun ini, dana KUR tidak banyak menyentuh petani miskin.
“Ketika kami melakukan kajian tentang KUR di jaringan tani kami, tidak ada, hanya kurang dari 1 persen petani kecil yang mampu mengakses KUR,” kata Dwi.
Dwi mengatakan akses KUR terlalu berat dengan sistem dan prinsip perbankan yang syaratnya sulit dipenuhi oleh petani-petani kecil. Untuk itu ia meminta agar pemerintah mempermudah syarat KUR bagi seluruh kalangan petani di Indonesia.
Dwi juga menyinggung saat ini banyak petani yang mulai enggan menanam padi. Ia mengambil contoh, bagi petani yang menggarap tanaman padi dengan kepemilikan sawah seluas di bawah 2.000 meter persegi, maka mereka dipastikan tidak untung atau mengalami kerugian.
“Jadi bimbinglah sedulur semua petani yang tidak memiliki apa-apa untuk mendapatkan KUR,” ujarnya.