UKM di negara manapun menjadi tulang punggung perekonomian, begitu pula di Indonesia. Sayangnya masih ada kekurangan yang menyebabkan potensi UKM dalam negeri kurang optimal, yaitu integrasi dengan perusahaan besar yang kurang. Integrasi dengan perusahaan besar yang belum optimal menjadi tantangan usaha kecil, dan menengah (UKM) di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwijaya dalam acara Media Editors Circle, What’s Next SME’s Post Covid-19 pada Selasa (3/11/2020).
Enrico menyebutkan UKM di negara manapun menjadi tulang punggung perekonomian. Bahkan di negara kecil, seperti Singapura, segmen usaha ini sangat menopang ekonomi karena menyerap banyak tenaga kerja dan bergeliat di pasar domestik.
Begitu pun di Indonesia, sayangnya masih ada kekurangan yang menyebabkan potensi UKM dalam negeri kurang optimal. “UKM di Indonesia kurang terintegrasi dengan korporasi besar dan korporasi global. Kalau bisa ditingkatkan, daya tahan UKM akan lebih baik karena mereka butuh arus kas yang baik pula,” katanya.
Namun, untuk bisa bersinergi dengan perusahaan besar atau korporasi jaringan global, perlu dilakukan peningkatan UKM. Enrico menyebutkan upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan meningkatkan produktivitas.
Terlebih, di saat pandemi Covid-19 saat ini banyak disrupsi mata rantai produksi jaringan global sehingga banyak perusahaan besar mencari partner dagang atau pemasok lokal. “Harus dilakukan reformasi agar perusahaan besar mau melirik perusahan lokal dengan produktivitas sesuai dengan kebutuhan pasar.”
Menurutnya, dari sisi upah Indonesia masih bisa bersaing, tetapi aspek produktivitas tenaga kerja tidak sekompetitif negara lain, seperti Vietnam dan Filipina.”Kalau produktivitas stagnan, kita akan kerepotan. Perusahaan besar pilih mitra UMKM melihat skill. Kalau tidak ada yang matching, mereka mengimpor barang atau tenaga kerja,” katanya.
Oleh karena itu, penting dilakukan penguatan sekolah kejuruan agar menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, pemerintah juga bisa mengambil peran dalam peningkatan sinergi ini, antara lain dengan melakukan business matching.
Enrico menyebutkan sebagai contoh, Pemprov Jawa Timur banyak melakukan matching perusahaan besar dengan penyediaan tenaga kerja atau sumber produksi yang disediakan oleh para UKM.
“Hal-hal seperti ini perlu didukung sehingga UKM melihat dunia tidak selebar daun kelor. Indonesia besar dan kesempatan maju sangat tinggi, UKM harus lihat banyak peluang dan pemerintah bisa berperan tidak melulu di regulasi, tetapi juga B to B matching,” paparnya.
Charless Anthony Bunaidi, Business Development and Strategic Alliance Head Business Banking UOB Indonesia, menyatakan pandemi Covid-19 memberikan tantangan cukup besar bagi UKM. Untuk bisa bertahan, maka perlu dilakukan upaya untuk mengubah tantangan menjadi peluang.
Untuk mendukung UKM dalam mengatur arus kas mereka, UOB memiliki produk BizSmart, yang dapat mengelola beberapa proses bisnis seperti penjualan, pembuatan faktur, penggajian, akuntansi, dan masih banyak lagi.
Dengan beberapa fungsi bisnis terintegrasi dalam satu platform digital, pengguna dapat memanfaatkan informasi real time mengenai operasi dan keuangan perusahaan, yang memungkinkan pelaku usaha untuk membuat keputusan bisnis dengan informasi yang tepat dan menghasilkan arus kas yang lebih baik.
Selain itu, UOB Indonesia juga memberikan keringanan kredit kepada nasabah yang membutuhkan. Restrukturisasi kredit ini juga bertujuan mendukung kebijakan pemerintah.
Perseroan juga mengadakan webinar series untuk memberikan edukasi kepada UKM mengenai kiat beradaptasi di masa kenormalan baru. “Kami juga menciptakan ekosistem yang baik dengan menggandeng mitra strategis supaya nasabah bisa sukses dan efisien dalam menjalankan bisnis,” jelasnya.
Dikutip Oleh : https://ekonomi.bisnis.com/read/20201104/9/1313394/integrasi-dengan-perusahaan-besar-jadi-tantangan-ukm-dalam-negeri