CNN Indonesia —
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla bertemu dengan Menko PMK Muhadjir Effendy membahas lebih intens soal izin pelaksanaan salat tarawih hingga Idulfitri 1442 hijriah di masjid meskipun pandemi Covid-19 belum reda.
“Yang jelas, berbeda dengan tahun lalu, tahun ini alhamdulillah kita sudah bikin edaran agar [pengawasan dan penegakan protokol kesehatan] betul-betul dilaksanakan secara ketat,” kata JK usai menerima Muhadjir Effendy di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta Selatan, Rabu (7/4).
Upaya pengetatan yang bisa dilakukan pemerintah, kata JK, selain menerapkan protokol kesehatan tentu harus ada pengawasan terutama dari sisi kebersihan masjid demi menjaga kesehatan bersama.
Oleh karena itu pria yang menjadi Wakil Presiden RI periode 2004-2009 dan 2014-2019 itu menyebut penjaga masjid atau marbot harus bisa memastikan dan mengawasi pelaksanaan ibadah salat tarawih dan salat Idul Fitri.
“Kita juga sudah bicarakan bahwa masjid siap menjadi pusat vaksinasi untuk seluruh Indonesia. Sekali lagi kami juga berterima kasih karena pemerintah sudah mengizinkan salat tarawih dan salat Ied di masjid,” kata JK yang juga Ketua Umum PMI tersebut.
Di tempat yang sama, Muhadjir menyebut pemerintah akan terus melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan salat tarawih dan salat Idul Fitri selama pandemi Covid-19.
Ia berharap dengan berkonsultasi bersama JK, berbagai masalah yang mungkin muncul dengan diizinkannya salat tarawih berjamaah di masjid dan juga salat Idul Fitri di masjid dan lapangan akan dapat diantisipasi dan ditangani secara lebih baik dan penuh kesiapan.
Persiapan Masjid Akbar Surabaya Laksanakan Tarawih
Sementara itu di sejumlah daerah, persiapan-persiapan menyambut pelaksanaan ibadah Ramadan telah dilakukan. Salah satunya di Masjid Nasional Al-Akbar, Surabaya, Jawa Timur.
Kepala Humas Masjid Al-Akbar, Helmy M Noor mengatakan, sebanyak 240 imam, muazin, guru ngaji dan marbot di masjid itu sudah menjalani vaksinasi Covid-19.
“Itu agar imam, muazin, marbot bisa memberikan pelayanan yang optimal kepada jemaah,” kata Helmy, Surabaya, Rabu (7/4).
Selain itu, Helmy mengatakan pihaknya juga melakukan sejumlah pembatasan di masjid, di antaranya yakni kuota jemaah salat tarawih hanya 25 persen dari kapasitas masjid.
“Kuota Salat Tarawih hanya 25 persen jemaah. Contoh pelaksanaan seperti kuota Salat Jumat yang sudah berlangsung selama ini,” ujar dia.
Selain itu, jemaah Salat Tarawih akan diarahkan masuk melalui tiga pintu saja. Jemaah juga harus mengenakan masker, melalui pengecekan suhu tubuh, masuk bilik sterilisasi dan mencuci tangan dengan handsanitizer atau sabun dengan air yang mengalir.
“Saf jemaah Salat Tarawih juga diberi jarak, disesuaikan tanda yang sudah ada,” ucapnya.
Imam Salat Tarawih juga hanya akan membaca surat-surat pendek, untuk mempersingkat waktu. Usai salat, jemaah juga dilarang bersalaman. Masjid juga akan tutup 30 menit setelahnya.
dikutip oleh : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210407195547-20-627201/jk-dan-muhadjir-bahas-pematangan-prokes-tarawih-di-masjid