Pandemi COVID-19 mengganggu perputaran roda bisnis. Alhasil, para pelaku UMKM pun harus putar otak mengatasi persoalan tersebut.
Salah satunya produsen sarung tangan kulit asal Yogyakarta, Northy, yang meningkatkan pemasaran produknya secara online setelah tutupnya toko yang disuplai imbas Corona
Salah satu pemilik Northy, Ilham Setia Pradana menjelaskan mengaku jika awal-awal pandemi sempat mengalami penurunan omzet dari ratusan juta menjadi puluhan juta. Namun, hal itu sedikit demi sedikit dapat teratasi.
“Saat pandemi ini memang jelas turun (penjualan), sempat awal-awal pandemi itu sebulan cuma puluhan juta. Tapi kita coba jualan online di bermacam-macam market place
“Karena banyak toko di Jakarta yang tutup, jadi mau tidak mau harus kenceng (jualan) di online. Ya sempat naik turun juga tapi saat ini untuk omzet mendingan dibanding awal pandemi,” imbuh Ilham.
Ilham juga bercerita tentang usaha berbasis kulit sudah dekat dengannya karena orangtua menggeluti usaha serupa. Beranjak dewasa, Ilham mulai tertarik untuk menggeluti lebih dalam.Hal itu berlanjut hingga mampu menyuplai kulit untuk sebuah pabrik sarung tangan di Jawa Tengah. Sempat mengenyam kesuksesan di sana selama beberapa bulan, pabrik yang disuplai bahan baku olehnya tersebut dinyatakan bangkrut, sementara produk-produknya pun gagal ekspor.
“Aku nggak dibayar, ada rugi sekitar Rp 300 juta. Akhirnya aku ambil mesin-mesinnya, mesin potong lah, mesin jahit untuk produksi itu,” ucapnya
Beruntung, saat itu Iksal Nuari Adha datang dan memberi masukan untuk kembali memproduksi sarung tangan. Tidak butuh waktu lama, Ilham pun berhasil menggandeng sejumlah vendor besar untuk membuat produk di pabriknya.
Tetapi, lantaran harus memproduksi puluhan ribu sarung tangan setiap bulannya, dengan sistem manajemen tingkat pemula, Ilham dan kolega akhirnya merasa kewalahan. Terlebih dia merasa keuntungan yang diperoleh dari skema kerjasama tersebut belum cukup sebanding.
“Dari tahun 2017 itu kita jadi manufaktur, tapi bertahan sekitar satu tahun saja. Kita kewalahan ya, karena harus mempekerjakan sekitar 60 karyawan, sementara manajemen belum bagus. Jadi ya setiap bulan kita sering tombok untuk menggaji karyawan,” ucapnya.
Dari situ, Ilham mengaku mendapat pelajaran berharga, sekaligus memberanikan diri untuk menciptakan brand sendiri bernama Northy. Menyoal asal nama Northy, Iksal pun mengisahkan bahwa ada harapan dan makna besar yang terkandung di dalamnya.
https://finance.detik.com/solusiukm/d-5191992/kisah-pengusaha-sarung-tangan-kulit-bertahan-di-tengah-pandemi?tag_from=wp_nhl_11