Bank Indonesia (BI) mengklaim kondisi nilai mata uang Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak separah negara lain.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi mengatakan, nilai mata uang Indonesia sejak awal Maret ini memang melemah di angka 0,27 persen. Namun angka itu lebih baik jika dibandingkan dengan Brazil yang melemah sebanyak 0,28 persen dan Turki sebesar 0,32 persen.
Kendati demikian, nilai rupiah lebih buruk jika dibandingkan Afrika Selatan sebesar 0,17 persen dan Rusia yang hanya melemah di angka 0,9 persen.
“Jadi, pelemahan kita tidak terlalu dalam, jika dibandingkan beberapa negara. Pelemahan kita lebih kecil. Hari terakhir ini, kami lihat relatif terkendali pelemahan rupiah kita, bukan yang terdalam,” ujar Doddy di Bank Indonesia Jakarta pada Rabu (14/3/2018).
Selain itu, nilai mata uang Indonesia juga tergolong relatif stabil. Ia menyebutkan sepanjang 2018 ini, volatilitas mata uang Indonesia sekitar 8 persen. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Brazil sebesar 15 persen, Meksiko sebesar 13 persen, Turki sebesar 88 persen, dan Rusia sebesar 14 persen.
Bahkan, kata dia, votalitas mata uang Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Korea Selatan lebih dari 8 persen, Malaysia sebesar 9,3 persen, Filipina sebesar 8,2 persen, Thailand sebesar 9 persen.
“Yang perlu kita jaga betul-betul adalah votalitas. Pengusaha punya waktu untuk melakukan adjustment(penyesuaian). Dari data-data yang sudah saya sampaikan tadi, pergerakan nilai tukar rupiah bukanlah yang paling fluktuatif dari angka votalitas negara-negara regional lainnya tadi,” terangnya