Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) berdiskusi dengan akademisi Kota Makassar untuk mengkaji sumber pertumbuhan ekonomi baru berbasis potensi lokal, yakni ekonomi kreatif pada Rabu 9 Agustus 2017. Hasil kajian ini sangat signifikan dalam membangkitkan optimisme akan ekonomi Indonesia ke depan, di tengah kekhawatiran adanya tren penurunan daya beli dan konsumsi.
“Jadi, sebagian besar pelaku industri kreatif itu berskala UMKM. Oleh karena itu, pertumbuhan industri kreatif juga akan berdampak positif terhadap sektor riil dan mampu mengangkat perekonomian serta daya beli masyarakat” ujar Ketua Pokja Industri Kreatif KEIN, Irfan Wahid, Kamis (10/8/2017).
Di lain sisi, sebanyak 53,49 persen pelaku belum berbadan usaha dan sekitar 88,95 persen produk atau jasa industri ini belum memiliki HAKI. Dalam hal pemasaran, hampir seluruh pelaku industri kreatif atau sekitar 97,36 persen masih memasarkan di wilayah kota dan kabupatennya sendiri.
Digitalisasi ekonomi diproyeksikan mampu memberikan nilai tambah sebesar US$ 150 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2025 atau sekitar 10 persen terhadap PDB. Ini akan diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja hampir 4 juta orang (Mckinsey, 2017). Industri kreatif diharapkan mampu mendukung digitalisasi ekonomi di Indonesia, sehingga idealnya Pemerintah menjadikan Industri kreatif ini sebagai industri prioritas.
Selain itu, KEIN juga menyoroti soal proses penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Industrialisasi 2045 dengan para akademisi.
“Peta jalan ini adalah salah satu tugas untuk KEIN dari Presiden Jokowi. Kita akan fokus pada empat sektor unggulan: industri kreatif, pangan, maritim, serta pariwisata,” ujar Ketua Pokja Industri Strategis dan Teknologi Tinggi Andri Sudibyo.
Dia menuturkan, dalam menyusun peta jalan ini KEIN telah mendengarkan masukan dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan industri nasional dari pelaku usaha, pengambil kebijakan, dan seperti yang dilakukan di Makassar ini, kalangan akademisi.