CNN Indonesia —
Kementerian ESDM mencatat realisasi produksi batu bara sebanyak 237 juta ton per akhir Mei 2021. Jumlahnya setara dengan 37,92 persen dari target pemerintah yang sebanyak 625 juta ton.
“Beberapa kendala yang dialami badan usaha adalah kondisi cuaca, bencana alam awal 2021,” ungkap Dirjen Minerba Ridwan Djamaluddin dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Senin (7/6).
Sementara, realisasi pemanfaatan batu bara di dalam negeri (DMO) sebanyak 51,8 juta ton. Jumlahnya setara dengan 37 persen dari target yang ditetapkan 137,5 juta ton.
“Kami pastikan kebutuhan batu bara akan tetap dipenuhi,” tutur Ridwan.
Dalam kesempatan sebelumnya, Ridwan mengungkapkan dalam skenario paling ekstrem, produksi batu bara Indonesia harus dipangkas hingga 90 persen pada 2050. Tujuannya, untuk menurunkan suhu 1,5 derajat celcius.
Hal ini karena perubahan iklim menjadi tantangan yang harus dihadapi industri batu bara ke depan. Menurutnya, tuntutan untuk menurunkan penggunaan batu bara semakin tinggi.
Sementara, Deputi Direktur Ditjen Minerba Kementerian ESDM Andri Firmanto mengatakan Indonesia saat ini memiliki sumber daya batu bara sebesar 143 miliar ton dan cadangan batu bara sebesar 38,85 miliar ton. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai salah satu pemain besar mineral tersebut di kancah global.
Pemerintah juga mendorong nilai tambah batu bara melalui proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan substitusi impor elpiji dan etanol.
“Program pengembangan dan pemanfaatan batu bara saat ini fokus untuk kemandirian energi, di mana yang menjadi salah satu prioritas adalah pemerintah mendorong pengembangan batu bara untuk menghasilkan etanol dan DME,” kata Andri.