CNN Indonesia — Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim ekonomi Indonesia masih lebih sehat dibandingkan dengan negara berkembang lain.
Hal ini tercermin dari berbagai indikator perekonomian yang masih tumbuh hingga Juni 2022. Bahkan, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen tahun ini.
“Indonesia diprediksi tumbuh 5,3 persen atau koreksi 0,1 persen dan tahun depan 5,2 persen (oleh IMF). Kondisi kita dibandingkan negara peers lebih baik,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Rabu (27/7).
Sementara, salah satu indikator yang mencerminkan ekonomi RI masih baik-baik saja adalah surplus neraca perdagangan per Juni 2022.
Pemerintah mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$5,09 miliar pada Juni 2022. Hal ini karena nilai ekspor masih lebih besar dibandingkan impor.
Kemudian, inflasi Indonesia yang sebesar 4,35 persen secara tahunan (year on year/yoy) per Juni 2022 diklaim masih lebih rendah dibandingkan negara berkembang lain.
Ia merinci inflasi Laos melonjak menjadi 23,6 persen, Thailand 7,66 persen, dan Filipina 6,1 persen pada Juni 2022.
“Kemudian negara-negara eropa yang biasanya inflasinya nol, sehingga kenaikan 8-9 kali lipat shock bagi mereka direspons pengetatan moneter dan pengetatan likuiditas dari currency masing-masing,” kata Sri Mulyani.
Meski begitu, Indonesia tetap harus waspada. Sebab, dunia sedang diselimuti ketidakpastian yang sangat tinggi.
Apalagi, inflasi masih menjadi momok bagi banyak negara. Perang Rusia-Ukraina membuat harga sejumlah barang naik, mulai dari pangan sampai energi.
“Komponen inflasi meningkat cepat karena volatile food. Meskipun pemerintah berupaya dengan stabilitas harga pangan, tapi (kenaikan harga) tak terhindarkan dari pangan yang diimpor, seperti gandum yang sudah banyak dikonsumsi masyarakat,” tutup Sri Mulyani